'Batu Akik Ini Penghidupan Saya''
Sepi atau lesunya pasar batu akik sejak krismon tahun 1990-an, tak
berarti batu akik sudah tak memberikan income sama sekali bagi
penggelutnya. Hal itu diakui oleh Parto Wiyono, pemilik took bernama
Gems Stones Art Shop di Desa Sukodono, Kecamatan Donorojo, Kabupaten
Pacitan. Bahkan, meskipun jarang, dirinya masih bisa memperoleh
pendapatan yang banyak dari tokonya yang menjual produk-produk dari batu
serta peralatan kerajinan batu akik itu. ’’Sekarang kalau ramai, ya
dapat uang, bahkan sampai banyak. Kalau sepi, ya blong seperti hari ini,
nggak dapat uang,’’ ungkapnya seraya mengembangkan senyum yang tak
begitu manis.
Di toko milik Parto Wiyono dipajang berbagai produk, seperti cincin akik, gelang dari batu, batu akik atau mata cincin, hiasan, dan lain-lain. Bahkan ada juga meja dan kursi dari batu. Parto Wiyono tidak memroduksi sendiri isi tokonya itu. Dulu, ia memang seorang perajin batu akik, tetapi sudah lama dirinya hanya mengelola tokonya itu.
Bisnisnya di batu akik dimulai tahun 1963 sebagai pedagang keliling. Sebagai pedagang keliling, Parto Wiyono mengaku sudah pernah menjual batu-batu akik sampai kota-kota di Blitar, kediri, Tegal, dan Pekalongan. Di kota-kota itu, ia menjual batu akik dengan cara menghamparkan dagangannya di trotoar jalan atau di emper toko. ’’Kalau jual keliling, saya lama. Sebulan sekali saya baru pulang,’’ ungkapnya.
Kemampuannya sebagai perajin batu akik diperoleh Parto Wiyono ketika dirinya masih ikut orang. Orang yang diikuti itu seorang perajin batu akik. ’’Saya diajari dan akhirnya saya bisa,’’ kenangnya. Maka, ia pun menjalani profesi sebagai perajin sekaligus pedagang batu akik.
Aktivitas jualan keliling dihentikan sejak tahun 1985. Di tahun itu, Parto Wiyono mendirikan toko bernama Gems Stones Art Shop itu. Aktivitasnya sebagai perajin batu akik pun berhenti karena kesibukan mengurus tokonya itu. ’’Sekarang saya hanya memasarkan atau menjual hasil kerajian batu akik. Para pembuat produk, yang cocok harganya, menjual ke saya, lalu saya yang memasarkan,'' akunya.
Berapa harganya? ’’Kalau cincin yang ini, satunya kalau untuk dijual lagi Rp 25.000 bisa. Kalau untuk sendiri, Rp 50.000. Ya, begitu. Kalau saya munine (memberi harga, Red) Rp 50.000, terus nanti pembelinya tinggal menawarnya berapa,'' katanya.
Dikatakan Parto Wiyono, harga batu akik di tokonya bervariasi. Bisa juga beli kodian. Ada yang 1 kodi Rp 10.000. Ada yang Rp 50.000/kodi. Ada pula yang Rp 150.000/kodi. Satu kodi berisi 20 biji batu akik. Jenis batunya pun bermacam-macam. Ada diamond, ijo lumut, fosil, ada pula kecubung.
Setia pada Batu Akik
Meskipun batu akik saat ini cenderung kurang dapat maksimal memberikan keuntungan, Parto Wiyono tidak berminat untuk mengganti isi tokonya dengan barang dagangan yang lebih menjanjikan keuntungan finansial. Ia tetap setia menjual batu akik meskipun masa jaya batu akik kini hanya tinggal kenangan manis. Bahkan, Parto Wiyono mengatakan, dirinya tidak akan pernah meninggalkan batu akik.
’’Dari kecil hinggal setua ini, saya menggeluti batu akik. Jadi, saya sudah merasakan pahitnya, lalu merasakan manisnya, lalu merasakan pahitnya lagi. Saya tidak akan meninggalkan batu akik karena batu akik. Selain memang saya sudah senang dengan batu akik sejak kecil, saya tetap menggeluti batu akik ini karena inilah penghidupan saya,’’ ungkap Parto Wiyono dengan senyum.
Selain itu, menurut dia, daripada berpikir beralihprofesi, lebih baik mengupayakan bagaimana caranya agar pasar batu akik kembali ramai. Sepinya pasar batu akik saat ini, menurut dia, merupakan ujian. Dan, masih kata dia, seorang bakul seperti dirinya harus tahan uji.
Untuk itu, Parto Wiyono selalu berusaha untuk bias mengetahui minat pembeli atau pelanggan. ’’Yang digemari pelanggan apa, itu lalu saya cari,’’ ungkapnya.
Alhasil, saat ini, Gems Stones Art Shop miliknya tak memulu menjual produk-produk karya perajin dari daerahnya. Di toko itu juga dipajang aneka produk bebatuan dari daerah lain. Bahkan, banyak pula produk nonbatu yang dipajang di dalam etalase-etalase. Itu semua karena sebagai pedagang, sebagai bakul, Parto Wiyono mendengar apa kata pembeli atau pelanggan. Dan, itu semua, sudah tentu, dilakukan agar toko yang dikelolanya sejak tahun 1985 itu tetap memberinya penghasilan. [KUS/PUR
Di toko milik Parto Wiyono dipajang berbagai produk, seperti cincin akik, gelang dari batu, batu akik atau mata cincin, hiasan, dan lain-lain. Bahkan ada juga meja dan kursi dari batu. Parto Wiyono tidak memroduksi sendiri isi tokonya itu. Dulu, ia memang seorang perajin batu akik, tetapi sudah lama dirinya hanya mengelola tokonya itu.
Bisnisnya di batu akik dimulai tahun 1963 sebagai pedagang keliling. Sebagai pedagang keliling, Parto Wiyono mengaku sudah pernah menjual batu-batu akik sampai kota-kota di Blitar, kediri, Tegal, dan Pekalongan. Di kota-kota itu, ia menjual batu akik dengan cara menghamparkan dagangannya di trotoar jalan atau di emper toko. ’’Kalau jual keliling, saya lama. Sebulan sekali saya baru pulang,’’ ungkapnya.
Kemampuannya sebagai perajin batu akik diperoleh Parto Wiyono ketika dirinya masih ikut orang. Orang yang diikuti itu seorang perajin batu akik. ’’Saya diajari dan akhirnya saya bisa,’’ kenangnya. Maka, ia pun menjalani profesi sebagai perajin sekaligus pedagang batu akik.
Aktivitas jualan keliling dihentikan sejak tahun 1985. Di tahun itu, Parto Wiyono mendirikan toko bernama Gems Stones Art Shop itu. Aktivitasnya sebagai perajin batu akik pun berhenti karena kesibukan mengurus tokonya itu. ’’Sekarang saya hanya memasarkan atau menjual hasil kerajian batu akik. Para pembuat produk, yang cocok harganya, menjual ke saya, lalu saya yang memasarkan,'' akunya.
Berapa harganya? ’’Kalau cincin yang ini, satunya kalau untuk dijual lagi Rp 25.000 bisa. Kalau untuk sendiri, Rp 50.000. Ya, begitu. Kalau saya munine (memberi harga, Red) Rp 50.000, terus nanti pembelinya tinggal menawarnya berapa,'' katanya.
Dikatakan Parto Wiyono, harga batu akik di tokonya bervariasi. Bisa juga beli kodian. Ada yang 1 kodi Rp 10.000. Ada yang Rp 50.000/kodi. Ada pula yang Rp 150.000/kodi. Satu kodi berisi 20 biji batu akik. Jenis batunya pun bermacam-macam. Ada diamond, ijo lumut, fosil, ada pula kecubung.
Setia pada Batu Akik
Meskipun batu akik saat ini cenderung kurang dapat maksimal memberikan keuntungan, Parto Wiyono tidak berminat untuk mengganti isi tokonya dengan barang dagangan yang lebih menjanjikan keuntungan finansial. Ia tetap setia menjual batu akik meskipun masa jaya batu akik kini hanya tinggal kenangan manis. Bahkan, Parto Wiyono mengatakan, dirinya tidak akan pernah meninggalkan batu akik.
’’Dari kecil hinggal setua ini, saya menggeluti batu akik. Jadi, saya sudah merasakan pahitnya, lalu merasakan manisnya, lalu merasakan pahitnya lagi. Saya tidak akan meninggalkan batu akik karena batu akik. Selain memang saya sudah senang dengan batu akik sejak kecil, saya tetap menggeluti batu akik ini karena inilah penghidupan saya,’’ ungkap Parto Wiyono dengan senyum.
Selain itu, menurut dia, daripada berpikir beralihprofesi, lebih baik mengupayakan bagaimana caranya agar pasar batu akik kembali ramai. Sepinya pasar batu akik saat ini, menurut dia, merupakan ujian. Dan, masih kata dia, seorang bakul seperti dirinya harus tahan uji.
Untuk itu, Parto Wiyono selalu berusaha untuk bias mengetahui minat pembeli atau pelanggan. ’’Yang digemari pelanggan apa, itu lalu saya cari,’’ ungkapnya.
Alhasil, saat ini, Gems Stones Art Shop miliknya tak memulu menjual produk-produk karya perajin dari daerahnya. Di toko itu juga dipajang aneka produk bebatuan dari daerah lain. Bahkan, banyak pula produk nonbatu yang dipajang di dalam etalase-etalase. Itu semua karena sebagai pedagang, sebagai bakul, Parto Wiyono mendengar apa kata pembeli atau pelanggan. Dan, itu semua, sudah tentu, dilakukan agar toko yang dikelolanya sejak tahun 1985 itu tetap memberinya penghasilan. [KUS/PUR
0 komentar:
Posting Komentar